Jakarta, 24 Oktober 2025 (cvtogel)— Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menerbitkan izin edar untuk insulin aspart, membuka peluang perluasan akses terapi bagi jutaan penyandang diabetes di Indonesia. Keputusan ini diharapkan memperkaya pilihan terapi insulin kerja cepat sekaligus memperkuat upaya pengendalian glikemik yang lebih presisi.
Insulin aspart merupakan analog insulin kerja cepat yang diformulasikan untuk meniru respons fisiologis insulin endogen setelah makan. Dengan onset kerja yang lebih cepat dibanding insulin regular, produk ini kerap direkomendasikan sebagai bagian dari terapi bolus—baik dalam rejimen basal-bolus maupun sistem pompa insulin—untuk membantu menekan lonjakan gula darah pascaprandial.
BPOM menyatakan penerbitan izin edar ini sejalan dengan agenda percepatan akses terhadap obat yang aman, bermutu, dan bermanfaat. Selain memperluas ketersediaan pilihan terapi, langkah tersebut diharapkan mendorong kompetisi sehat di tingkat penyedia, meningkatkan efisiensi distribusi, dan pada akhirnya menekan hambatan akses pasien—mulai dari ketersediaan di fasilitas layanan kesehatan hingga keterjangkauan.
Di sisi klinis, hadirnya insulin aspart menambah portofolio analog insulin yang dapat dioptimalkan sesuai kebutuhan masing-masing pasien. Dokter berpeluang meracik strategi titrasi yang lebih individual, termasuk pengaturan waktu penyuntikan yang fleksibel mendekati waktu makan, dengan tetap memperhatikan edukasi pasien, pemantauan glukosa mandiri/berkelanjutan, serta mitigasi risiko hipoglikemia.
Kementerian Kesehatan bersama pemangku kepentingan lintas sektor diharapkan dapat mengintegrasikan produk ini ke dalam pedoman terapi dan skema pembiayaan yang relevan. Kolaborasi dengan organisasi profesi dan komunitas pasien akan menjadi kunci untuk memastikan pemanfaatan yang tepat guna—mulai dari pelatihan tenaga kesehatan, edukasi teknik injeksi yang benar, hingga pemantauan efek samping.
Dengan terbitnya izin edar insulin aspart, Indonesia melangkah satu tahap lebih dekat menuju ekosistem pengobatan diabetes yang lebih modern, adaptif, dan berpusat pada pasien. Implementasi yang rapi di lapangan—terutama terkait ketersediaan, rantai pasok, dan literasi penggunaan—akan menentukan seberapa besar dampak kebijakan ini dalam meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes.